SULITNYA MENERIMA KEKALAHAN

              Oleh : Silvester Joni

Padarnews.com-Manggarai Barat.NTT-Pekerjaan terberat pasca kompetisi adalah  menerima fakta kekalahan. Demikian halnya dengan 'pertarungan politik' Pilkada Mabar 9 Desember 2020. Lembaga sekelas Populi Center merilis hasil Quick Count di mana pasangan calon (Paslon) Edi-Weng unggul dari tiga paslon lainnya.

Seperti biasa, hasil kerja cepat dari lembaga itu dipertanyakan bahkan ada yang terang-terangan 'tidak percaya' dengan metode hitung cepat tersebut. Mereka tidak sudi paslon favorit mereka berada di posisi kedua.

Pelbagai argumentasi defensif yang terkesan picisan dikredit untuk menjustifikasi 'ketakpercayaan' mereka pada hasil hitung cepat itu. Para pendukung itu lebih percaya pada 'keyakinan atau anggapan' pribadi ketimbang kerja rasional yang menggunakan metode yang valid dari sebuah lembaga ternama.

Fanatisme terhadap paslon tak pernah surut jelang pengumuman akhir dari KPUD Mabar. Sebelum hasil perhitungan manual KPUD dirilis, para pedagang politik masih 'berteriak' bahwa paslon merekalah yang 'semestinya' unggul. Narasi pembelaan terus didasarkan ke ruang publik.

Akurasi data dan metodologi kerja dari lembaga survei, digugat. Tujuannya hanya satu, angka itu mesti 'terbalik'. Paslon kesayangan merekalah yang semestinya bertengger di puncak klasemen sementara. Mengapa? Tentu, berdasarkan keyakinan dan anggapan seluruh mesin partai dan tim pemenangan telah 'mengerahkan segalanya' untuk memenangkan pertarungan itu.

Atas dasar itu, mereka 'tidak percaya' dengan hasil hitung cepat dari lembaga survei kredibel. Ketika lembaga survei tidak dipercayai, maka jelas kelompok ini tak mau menerima kenyataan bahwa paslon kecintaan mereka 'tersingkir' dalam pertarungan ini.

Reaksi semacam itu, pada level tertentu, wajar-wajar saja. Bagaimana pun juga, ketika optimisme membuncah dalam dada, maka rasanya sangat berat untuk menerima realitas getir, paslon kecintaan kita 'tersingkir' dari arena pertarungan.

Kendati demikian, ketika keberadaan lembaga survei kredibel dan metodologi kerja mereka tidak lagi dipercayai dan bahkan 'digugat', maka tentu ada yang tidak beres. Fanatisme emosional cenderung mengalahkan rasionalitas dalam membaca hasil hitung cepat ini.

Sebuah kontestasi (politik), pasti ada yang menang dan ada yang kalah. Tidak mungkin keempat paslon itu tampil sebagai pemenang. Karena itu, hemat saya para paslon beserta 'tim pemenangan' mesti siap mental untuk menerima kekalahan.

Kalah atau lebih tepat dikalahkan itu memang 'menyakitkan'. Tetapi, itulah kenyataan yang kadang mau tidak mau harus kita hidupi. Tidak semua kita dinaungi dewi keberuntungan dalam setiap fase perjuangan. Kegagalan adalah factum manusiawi yang sangat lumrah terjadi.

Pertarungan politik kekuasaan di level lokal sudah selesai. Alih-alih menolak hasil hitung cepat, mari kita arahkan energi untuk mempercepat proses pencapaian kemaslahatan publik Mabar. Rivalitas dan polarisasi politik sudah berakhir. Publik Mabar mesti tampil sebagai pemenang dalam mengatasi pelbagai isu politik negatif di Kabupaten ini.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Waspada"Terjadi Longsor Di Jalan Lintas Kecamatan Macang Pacar - Kecamatan Kuwus

Keistimewaan Dalam Kesederhanaan